21 May 2009

Kemandirian Petani - Upaya Aksi Pelestarian Alam di Lereng Wilis bersama KIBAR

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Kediri masih amat bergantung pada bidang pertanian dengan bermata pencaharian sebagai petani. Analisa yang sudah banyak dilakukan menunjukkan semakin termarjinalnya petani, yang sangat tidak sepadan dengan hasil usaha kerasnya yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Setiap orang di negeri ini amat bergantung pada petani dalam memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Namun sistem formal (aturan hukum) maupun nonformal (budaya) yang dikonstruksi saat ini sangat tidak memihak pada petani, sehingga komposisi masyarakat miskin di Indonesia masih didominasi oleh petani.
Di sisi lain, petani adalah salah satu ‘profesi’ yang langsung bersinggungan dengan alam. Di pundak merekalah terletak harapan bangsa ini akan keberlanjutan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam kelak bagi anak cucu kita. Usaha pelestarian alam selayaknyalah diprioritaskan pada petani sebagai ujung tombaknya.
Dilihat dari dua sudut pandang diatas, upaya yang disasar ke petani lebih tepat apabila dilakukan dengan tujuan memandirikan petani. Mandiri berarti memiliki kapasitas, akses, kontrol dan partisipasi dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Petani didorong untuk memperjuangkan dirinya, sehingga mampu menentukan pilihannya sendiri atas usaha taninya dan mempunyai bargaining position sehingga mendapatkan posisi sejajar diantara golongan masyarakat lainnya.
Pandangan yang menyatakan bahwa sumberdaya manusia atau SDM petani masih lemah yang bisa menghambat upaya memandirikan petani, dapat ditepis dengan usaha penguatan kapasitas melalui pelatihan dan penyadaran dengan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD). Usaha tersebut dapat mencakup dua prioritas utama dalam rangka menuju petani mandiri, yaitu pemberdayaan ekonomi petani dan pelestarian alam. Banyak anggapan bahwa bencana alam yang timbul belakangan ini disebabkan oleh perusakan alam dimana petani dan masyarakat miskin menjadi pelakunya. Bila ditelusuri alasan yang melatarbelakangi tindakan perusakan alam tersebut tidak akan jauh dari usaha untuk mempertahankan hidup atau dengan kata lain ‘mengepulkan asap dapur’ (memenuhi kebutuhan sehari-hari).
Wilayah hutan di kawasan pegunungan memang menyimpan potensi keragaman hayati tiada tara sekaligus bisa menjadi sumber eksploitasi bagi sebagian manusia yang butuh kehidupan. Maka itu diperlukan usaha pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan atas wilayah hutan dengan manfaat yang didistribusikan untuk kepentingan masyarakat secara adil. Tentunya usaha tersebut harus menekankan pada keterlibatan petani sebagai unsur masyarakat yang selama berabad-abad telah memiliki kearifan dan ketrampilan dalam bersentuhan dengan alam.
Wilayah lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri memiliki karakteristik yang khas dengan kondisi geografis yang berbukit dan suhu relatif rendah serta lahan kering/tadah hujan. Sistem pengelolaan pertaniannya jelas berbeda dengan daerah dataran rendah serta memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Dengan lahan yang berupa kedokan (berlereng-lereng) akan menyulitkan akses ke lahan atau distribusi sarana dan hasil produksi pertanian. Salah satu kesulitan yang dihadapi saat ini adalah makin minimnya debit air, baik air bersih apalagi air irigasi, yang disebabkan oleh aksi penggundulan hutan di Gunung Wilis. Solusi dari beberapa problem diatas adalah reboisasi, konservasi tanah dan air serta usaha pelestarian lainnya dan penerapan pertanian berkelanjutan yang antara lain mencakup pertanian organik dan pengelolaan agroforestry, dengan tetap melibatkan partisipasi petani.
Pengertian mandiri yang meliputi partisipasi, tentunya tidak menafikan peran petani perempuan yang selama ini termasuk pihak yang terpinggirkan akibat konstruk budaya patriarkhi dan tafsir misoginis agama. Dalam usaha pelestarian alam peran petani perempuan sangat penting, karena seringkali terlibat langsung di lahan dan punya ketelatenan menyimpan beraneka ragam plasma nutfah dan pengetahuan budidaya tradisional serta ketrampilan mengolah produk pasca panen, sehingga juga akan mendukung pendapatan keluarga bila mampu memasarkan.
KIBAR (Kediri Bersama Rakyat) merupakan satu lembaga swadaya masyarakat yang peduli dan bersama rakyat Kediri ingin terlibat aktif dalam membangun civil society di Kediri. KIBAR memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan kapasitas petani, pemberdayaan perempuan, advokasi dan pengembangan usaha ekonomi kerakyatan. Dengan memilih wilayah lereng Gunung Wilis, yang selama ini kurang mendapat porsi pembangunan yang cukup, sebagai tempat belajar dan mengabdi teman-teman KIBAR, diharapkan menyumbang terhadap usaha pelestarian lingkungan dan peningkatan kemandirian petani yang menjadi tujuan besar bangsa ini.
Alur aktivitas yang dapat diimplementasikan sebagai rencana aksi dalam usaha menuju kemandirian petani di wilayah lereng Wilis meliputi:
1. PRA (Participatory Rural Appraisal)
PRA merupakan suatu metode dalam melakukan kajian untuk memahami kondisi desa dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program pembangunan masyarakat. Kegiatan ini diperlukan untuk mendapatkan data awal kondisi desa.
2. Community Organising
Community organising adalah usaha pengorganisasian dan pengembangan komunitas yang mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian potensi pengetahuan lokal komunitas berdasarkan musyawarah yang demokratis. Dengan kegiatan ini, diharapkan muncul CO (community organiser) lokal dari komunitas petani. Sebagai implementasinya dilakukan pendampingan komunitas berupa diskusi rutin ataupun dialog kritis dengan kelompok tani yang kemudian mampu mengonsolidasikan kelompok-kelompok tani yang ada untuk saling berkomunikasi dan sharing pengalaman. Kemudian di kelompok tani perlu diadakan evaluasi dan perencanaan kegiatan yang lebih terstruktur, baik di tingkat kelompok maupun desa, guna meningkatkan kualitas kegiatan dan kapasitas anggota.
3. Penyadaran Gender
Penyadaran gender atau pembagian peran yang adil antara laki-laki dan perempuan penting dilakukan demi tercapainya tujuan program secara umum, dimana disyaratkan peningkatan kapasitas, akses dan partisipasi petani, termasuk perempuan. Penyadaran ini tidak hanya ditujukan bagi perempuan namun juga laki-laki, karena pemahaman bias gender yang sudah terkonstruksi sejak jaman dahulu kala melalui budaya dan agama, perlu dirombak sebagaimana terjadi di hampir semua belahan bumi.
4. Pengembangan Media Informasi Petani
Media bermanfaat untuk menyebarluaskan informasi dan pengetahuan petani yang akan menyumbang pada peningkatan kapasitas dan partisipasi petani. Ketrampilan menggunakan media perlu dipunyai kader CO, sehingga perlu dikembangkan bentuk jurnalis yang baik sehingga penampilan buletin yang terbit lebih menarik dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
5. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Berkelanjutan (PB) adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Pengembangan PB termasuk pertanian organik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal, pelibatan partisipasi petani dalam pengambilan keputusan, pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak petani. Konsep PB secara umum merupakan konsep yang kompleks dan fleksibel yang sesuai diterapkan di wilayah-wilayah marjinal.
6. Pengembangan Teknologi Pasca Panen dan Kewirausahaan
Beberapa strategi peningkatan kualitas sumberdaya petani adalah dengan mengembangkan kemampuan usaha tani dan kewirausahaan serta menerapkan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Peningkatan kualitas sumberdaya manusia berpotensi untuk meningkatkan produksi pertanian. Kemudian pengolahan hasil pasca panen dengan menggunakan teknologi yang lebih maju dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk primer komoditas pertanian. Selama ini kawasan pedesaan masih sebagai penyedia bahan mentah, sedangkan pengelolaan dan pemasaran hasil dilakukan oleh masyarakat non petani yang ada di kota. Selain itu, karena tuntutan kesibukan dan peran perempuan dalam kegiatan sosial ekonomi, kebutuhan produk olahan yang lebih praktis baik cara memasak maupun mengonsumsinya akan terus meningkat. Adanya sifat produk pertanian yang mudah rusak dan musiman membuat teknologi pasca panen sekunder mempunyai peran penting dalam meningkatkan nilai tambah. Dengan memperoleh dan mengembangkan produk olahan yang beraneka ragam dan mutu terjamin serta memiliki daya saing tinggi, diperlukan peran teknologi pengolahan hasil pertanian tepat guna di daerah pedesaan.
7. Manajemen dan Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah dan air perlu dilakukan dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan kualitas tanah dan air sehingga mampu dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh petani untuk berproduksi. Dalam kegiatan ini akan teridentifikasi praktek pengendalian erosi dan pemanenan air yang tepat guna serta teknik manajemen yang sesuai untuk dataran tinggi. Penanaman pohon produktif merupakan salah satu usaha konservasi tanah dan air, dalam hal ini akan melibatkan pihak terkait lainnya dalam perencanaannya.
8. Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif
Adanya kelompok tani apabila diarahkan untuk mengadakan usaha ekonomi produktif akan memberi manfaat tambahan pendapatan petani serta menguatkan kelompok itu sendiri sehingga punya posisi tawar di masyarakat. Usaha yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan petani. Kelompok tani dengan usaha produktif dapat berkembang menjadi koperasi usaha bersama (KUB) apabila dikelola dengan manajemen yang baik.
9. Perumusan Strategi Pemasaran
Kendala yang dialami petani di lahan kering di dataran tinggi dalam usaha taninya adalah dalam hal pemasaran, yang sulit bersaing dengan produk dari dataran rendah. Program pertanian organik dan pengembangan produk lokal yang diterapkan di wilayah tersebut menjadi unggulan dan ciri khas sehingga apabila ditemukan strategi pemasaran yang tepat akan meningkatkan nilai jual produk pertaniannya. Sebagai hasil akhir dari kegiatan ini adalah terbentuknya pasar produk lokal dan organik. Perlu dipertahankannya pasar produk lokal dan organik penting artinya untuk menjaga pengelolaan usaha tani agar senantiasa ramah lingkungan.
Upaya tersebut diatas akan diusahakan keberlanjutannya dengan menyiapkan strategi berikut:
1. Kader CO
Keberadaan kader CO yang berasal dari komunitas diharapkan bisa menjadi pelopor utama penggerak masyarakat, karena mereka memahami betul kondisi psikologis masyarakatnya maupun kondisi geografis daerahnya yang mereka temui sehari-hari. Maka itu, berbagai pendidikan ditujukan untuk kader CO untuk meningkatkan kapasitas pengorganisasiannya maupun teknis pertaniannya.
2. Kelompok tani
Telah disadari banyak pihak bahwa suatu komunitas personal akan lebih kuat apabila membangun kelompok komunal. Demikian juga berlaku bagi petani di pedesaan dimana nilai-nilai kebersamaan belum pudar. Salah satu aspek yang dipentingkan adalah penguatan kelompok tani yang nantinya akan menyumbang pada meningkatnya kapasitas petani anggotanya. Untuk menguatkan kelompok tani, selain dengan manajemen yang baik perlu juga dibangun kesadaran anggotanya agar aktif menyumbangkan ide dan kreasinya dalam bentuk kegiatan-kegiatan produktif di kelompok agar merasa bahwa berkelompok adalah kebutuhannya yang memberi banyak manfaat. Dengan begitu kelompok bisa bertahan dan berkembang dengan kontinyuitas kegiatan sesuai kebutuhan.
3. Pengelolaan bantuan
Beberapa bantuan dari pemerintah, swadaya ataupun pihak lainnya, seperti bibit tanaman, modal usaha kelompok, ternak ataupun alat pasca panen diatur mekanismenya dalam kelompok sehingga semua anggota dapat merasakan manfaatnya. Mekanisme yang digunakan bisa berupa pengguliran, simpan pinjam dan lain-lain yang dapat menumbuhkan aktivitas baru di kelompok. Pengelolaan bantuan menjadi kegiatan produktif akan menunjukkan baik tidaknya manajemen yang diterapkan di kelompok.
4. Pengelolaan lingkungan dengan pertanian berkelanjutan
Konsep pertanian berkelanjutan selain sangat kompleks dan fleksibel memang dibuat supaya berkelanjutan atau relevan diaplikasikan dalam jangka panjang. Konsep ini banyak menyumbang bagi usaha pelestarian lingkungan yang juga terus dilakukan sepanjang masa. Selain aktivitas teknis pertanian, konsep ini mengatur kehidupan petani dengan pertaniannya secara holistik, termasuk bagaimana meningkatkan pendapatan petani.
Upaya aksi pelestarian alam di wilayah Lereng Wilis ini diharapkan keberhasilannya dapat menyumbang pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara adil dan demokratis.