Impian Pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Swasembada
Pangan seperti pada Masa Orde Baru adalah bukan hal baru. Tentu itu
adalah hal yang menggembirakan, terutama bagi para petani. Memang sudah
seharusnya Indonesia menjadi negara swasembada pangan, mengingat
Indonesia adalah negara agraris. Impian mengulang kejayaan masa silam,
ternyata bukan perkara yang mudah. Meskipun Indonesia pernah sukses dan
mengalami masa keemasan itu di masa silam, ternyata untuk sekarang ini
sudah semakin sulit diwujudkan. Berbagai macam program pertanian
digalakkan untuk membantu petani demi meningkatkan produk pertanian.
Pemerintah juga berusaha memberikan bantuan-bantuan modal dan subsidi
pupuk.
Tetapi pada kenyataan sekarang ini, peningkatan beberapa produksi pertanian tidak juga kunjung ada. Malah sebaliknya, justru semakin merosot. Akibat dari penurunan produksi pertanian ini, banyak terjadi impor beras dan cabai keriting hanya untuk memenuhi persediaan konsumsi masyarakat. Bayangkan, padahal itu masih sebatas kebutuhan konsumsi. Yang lebih mengenaskan lagi adalah beberapa waktu lalu sebuah siaran reportase dari beberapa televisi swasta melaporkan bahwa polisi menemukan ada puluhan ribu ton garam impor dari India yang disimpan di sebuah gudang yang berada di daerah Madura. Padahal ketika diselidiki langsung, ternyata kualitas garam itu justru lebih rendah ketimbang garam hasil produk dalam negeri. Rupanya ini yang mengakibatkan menurunnya harga pasaran produk garam dalam negeri. Padahal di saat musim kemarau seperti saat ini, produk garam dalam negeri justru semakin melimpah ruah. Karena semakin banyaknya paparan sinar matahari justru membuat petani garam dapat meningkatkan produk garamnya. Pertanyaan terbesar, BAGAIMANA HAL INI BISA TERJADI?
Rupanya tidak hanya berhenti sampai disini saja. Pada saat di wilayah Kabupaten Kediri sebenarnya juga dapat menghasilkan singkong yang sangat melimpah ruah, akan tetapi lagi-lagi televisi swasta juga melaporkan bahwa di daerah lain ternyata terdapat singkong impor yang entah dari negara mana. Entah apa yang sudah terjadi di Negeri Agraris ini? Bisakah barng-barang itu masuk ke Indonesia begitu mudahnya tanpa adanya kong kalikong dari pihak-pihak tertentu? Sudah sebegitu mudahnyakah sistem pengamanan Indonesia dibobol negara lain, sehingga barang-barang yang tidak seharusnya diperlukan jadi melimpah ruah di pasaran. Bukankah hal ini bisa membunuh ekonomi pertanian dalam negeri sendiri? Sulit dimengerti. Bisa jadi hanya demi keuntungan pribadi yang lantas tidak terlintas sama sekali dampak besar yang membahaykan bagi negerinya sendiri.
Peran pemerintah tentu saja sangat penting dalam hal ini. Bagaimana mereka bisa kecolongan membiarkan semua ini terjadi? Jika para pemangku pembuatan kebijakan sudah lepas tangan dalam hal ini, jangan harap cita-cita luhur yang sudah dibangun puluhan tahun akan terwujud, yaitu kemandirian bangsa dan kedaulatan petani di Negara Agraris.
Alfi Rohmah
No comments:
Post a Comment